banner 728x250

Azyumardi Azra Sebut Pendidikan di Golkar Institute Sebagai Pembangunan Infrastruktur Politik

Cendekiawan Muslim Indonesia, Azyumardi Azra saat pembukaan Executive Education Program For Young Political Leaders (program pendidikan bagi para pemimpin muda) untuk angkatan ke-3, Senin (23/8/2021) secara daring.
banner 120x600

Jakarta, Katasandi.id – Cendekiawan Muslim Indonesia, Azyumardi Azra menyebut pendidikan politik yang dilakukan oleh Golkar Institute merupakan bagian dari upaya membangun infrastruktur politik di Indonesia. Hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber pada dialog publik dengan tema “Tantangan Demokrasi Kita di Masa Pandemi”, sekaligus pembukaan Executive Education Program For Young Political Leaders (program pendidikan bagi para pemimpin muda) untuk angkatan ke-3, Senin (23/8/2021) secara daring.

“Saya menekankan dibagian akhir makalah saya mengenai pentingnya pembangunan insfrastruktur politik. Partai-partai politik kita termasuk Golkar melakukan berbagai hal”, jelasnya.

“Saya kira apa yang dilakukan hari ini program pendidikan eksekutif untuk pimpinan politik muda saya kira adalah bagian yang sangat penting dari pembangunan infrastruktur politik itu. Yang nanti akan kita petik buahnya. Saya tidak tahu mungkin nanti Pemilu 2024 sudah bisa atau belum. Kalau bisa itu lebih cepat lebih baik”, sambung Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Dewan Pembina Perludem, Titi Anggraini menyampaikan bahwa pendidikan politik yang dilakukan Golkar Institute merupakan upaya menguatkan demokrasi kita. Menurutnya, dibutuhkan kolaborasi antara masyarakat sipil dengan partai politik.

“Semoga kolaborasi kita antara masyarakat sipil dan partai politik di Indonesia itu betul-betul bisa memperkuat demokrasi kita di tengah banyaknya tantangan yang tadi sudah disampaikan narasumber”, ujar Titi.

Sementara itu, Marcus Meitzner, Associate Professor Australian National University menyoroti persoalan yang dihadapi negara-negara demokrasi sejak 1996. Menurutnya, saat ini terjadi penurunan atau melemahnya demokratisasi di negara-negara penganut demokrasi, tak terkecuali Indonesia.

“Indonesia menurut saya memang mengalami pelemahan demokrasi. Juga dalam dua tahun terakhir ini waktu pandemi terjadi. Tapi pelemahan ini sebenarnya tidak begitu serius. Yang lebih serius adalah pelemahan demokrasi yang terjadi sebelum pandemi mulai”, ujarnya.(Rls/Ks)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *